Mengenang Sang MahaGuru, Hadrotusy Syaikh Kh.Adlan Aly

Saya memang hanya santri ndablek yang suka mbolos ngaji, mbolos sekolah, dan bisa dibilang ndak punya prestasi. Tapi saya tidak pernah berhenti berharap kejatuhan barokah masyayikh terdahulu, khususnya pendiri Pondek Pesantren yang selalu saya rindukan sampai detik berjalan dan menjadi saksi tulisan ini. K.H. Adlan Aly , nama harum yang selalu kami, para santri , jadikan sebagai isi dari deretan tawassul fatehah pengawal wirid. Semenjak kecil kurang lebih berusia 5 tahun, KH.Adlan Aly belajar agama Islam kepada pamannya yaitu KH.Fariq di pondok pesantren Maskumambang ,setelah berusia 14 tahun beliau belajar menghafal Al-Qur’an kedapa KH.Munawar Kauman Sedayu Gresik. Setelah berhasil menghafal al-Qur’an, lantas meneruskan mencari ilmu di pesantren Tebuireng. Saat itu Pesantren Tebuireng merupakan salah satu pesantren terbesar di pula Jawa. Menjadi salah satu santri kesayangan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari,  karena memang beliau sangat senang dengan orang yang hafal al-Qur’an. Beliau  sangat menghormati seorang yang hafidz.
Saat menjadi santri di Tebuireng, Yai Delan (panggilan KH M Adlan Aly) menjadi kepercayaan dan santri kesayangan Yai Hasyim Asyari. Pasalnya beliau adalah Hafidz Al-Qu’ran dan alim. Tak jarang Yai Hasyim sering meminta pendapat kepada beliau bilamana ada permasalahan seputar fiqh. Beliau sering diminta menjadi imam mengantikan Yai Hasyim saat berhalangan hadir. Khususnya saat Ramadhan, menjadi imam shalat tarawih di masjid Tebuireng. Sejak saat itu, KH Adlan Aly kerap menjadi qori’ dan guru dalam kegiatan belajar mengajar di Tebuireng. Hampir setiap hari kesibukannya diisi untuk mengajar kitab dan menerima setoran hafalan Qur’an para santri. Membantu pesantren gurunya yang sangat beliau kagumi. Hingga puncaknya beliau mendirikan pondok putri Walisongo di Cukir dan masih eksis sampai sekarang. Kiai Adlan merupakan seorang wali yang memiliki banyak karomah. Diantaranya Ketika Yai mengajar kitab Fathul Qarib kepada santri-santri  setiap bulan Ramadhan, sampai pada bab istisqa, maka pasti saat itu langit akan tertutup mendung, walaupun siang itu sinar matahari panas menyengat. Ketika beliau memperaktekkan cara memindahkan surban, seketika itu pasti turun hujan. Kejadian ini pasti berulang setiap tahunnya. Wallahu a’lam.
            Wasiat yang ditinggalkan oleh beliau yang juga diwasiatkan oleh KH Yusuf Masyhar Pendiri PP Madrasatul Qur’an Tebuireng Jombang adalah menghafal tidak hanya sekedar mampu melafalkan ayat-ayat ayat Alquran namun juga mengamalakan secara lafdzan, maknan wa amalan (lafadh, makna, dan amal). Jika dalam menghafal al-Qur’an terjaga dan terawat dengan baik secara lafdzan, maknan wa amalan maka nikmat Tuhan di dunia dan diakhirat sangatlah jelas bagi mereka. Jaminan Allah pada penghafal yakni akan membawa bendera terdepan mengawal umat-umat muslim lainnya menuju surga-Nya. Amin ya rabbal‘alami.
Wallahul muwafiq ila aqwamith thoriq.

Loading

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *