KISAH INSPIRATIF “DIA YANG BERBOHONG LEWAT ABATA”

DIA YANG BERBOHONG LEWAT ABATA
Waktu itu kelas satu smp disebuah sekolah Best Agro International School of SMP Pesona Astra Kalimantan Tengah. Namaku Devita Wijianti sosok anak perempuan yang terlahir dari orangtua yang tidak agamis, hidup dalam kebebasan yang diberikan orangtua tanpa pernah menyentuh sekolah pendidikan al-quran selama masa kanak-kanak dan sampai hampir remaja. Keajaiban datang kepadaku, seorang teman yang berbohong kepadaku untuk mengajak ngaji, katanya “Dev, ikutan ngaji yuk?, jawabku “ Enggak ah”. Temanku itu lalu pergi ngaji sendiri dengan teman-teman lainnya. Dihari berikutnya teman itu kerumah lagi dan berkata “ Dev ngaji yuk?”, jawabku “enggak ah”. Tiap hari tanpa bosan teman itu main kerumahku dan kamipun menikmati kebersamaan selama bermain. Dihari berikutnya temanku itu tidak mengajak ngaji melainkan mengajak aku memancing dengan senang hati aku terima tawarannya karena aku suka banget mencari ikan. Disepanjang perjalanan kesungai kami bercerita tentang ngaji, dia bertanya kepadaku “ Dev udah Juz berapa?” jawabku dengan percayadiri “ iqro’ 1”, temanku itu senyum kecil sambil berjalan, kemudian aku balik nanya kepanaya “ Kamu Juz berapa? Jawabnya : dengan mata mengedipkan keteman sebelahnya dia jawab” Aku juga masih iqro’ 1” waah dalam hatiku berbunga-bunga dan berkata, kalau semisal nanti dia ngajak aku ngaji lagi maka aku ada teman sekelas buat belajar bareng maka aku  bisa terima tawarannya. Seminggu setelah itu benar dia datang lagi kerumah dan berkata “Dev ngaji yuk kan aku juga masih iqro’ nanti kamu sama aku sama-sama ngajinya, gimana?, jawabku dengan tegas” AYO”, dia tersenyum riang dan gembira. Petang itu temanku datang kerumah untuk menjemput aku berangkat ngaji, dengan senang hati aku berangkat menuju masjid bersama dia. Sesampainya dimasjid para santri sudah banyak dan bersiap untuk ngaji. Sistem ngaji dimasjid itu dibagi berdasarkan tingkatkan Iqro’ dan Al-qur’an, karena aku siswa baru maka pak ustadz belum tau aku sudah sampai tingkatan apa, oleh karena itu aku memperkenalkan diri, nama saya Devita Wijianti dan saya masih belum bisa membaca al-quran alias baru mau belajar iqro’ kemudian pak ustadz mempersilahkan aku duduk bersama teman-teman lainnya karena pada hari itu aku baru masuk perdana maka aku masih menyesuaikan diri dan mengurus buku-buku iqro’ dan jadwal mata pelajaran fiqih, aqidatul awam, bahasa arab, praktek solat, hafalan surat-surat pendek dan tajwid. Dihari selanjutnya aku sudah ngaji seperti teman-teman lainnya yaitu datang masuk kelas dan mengikuti pelajaran sekaligus belajar iqro’. Waktu itu aku bingung didalam kelas iqro’ sama temanku yang mengajak ngaji kok gak ada dikelas iqro’ bersama denganku pikirku, karena aku anak baru gak berani bertanya dan terima apa adanya dikelas itu, teman-temanku anak TK dan SD tapi tidak ada rasa malu toh aku juga belum bisa meskipun aku sudah kelas 1 SMP. Waktu jam istirahat berbunyi aku keluar dari kelas iqro’ dan mencari keberadaan temanku itu dimana ternyata aku melihat dia sedang mengaji al-quran bersama teman-temannya yang berada dikelas al-quran. Saat itu aku enggak marah dan kesal dengan temanku itu karena aku berfikir kalau waktu itu temanku tidak berbohong kepadaku atas ucapannya mungkin aku juga enggak mau ngaji dan gak bakalan bisa baca iqro’. Hari-hari aku lewati dengan riang bersama temanku dimasjid tempat kami belajar mengaji meskipun beda kelas tapi masih bisa ketemu ketika istirahat. Saat itu adzan magrib berkumandang kami yang masih tinggal dimasjid menunggu solat ramai sendiri sampai suara terdengar di microvon masjid ustadz kami datang kemasjid dan marah, dia berkata “setelah solat magrib kalian semua baca surat Yasiin”, setelah selesai solat magrib semua teman-teman membaca surat yasiin, meskipun aku kelas iqro’ tetapi teman-temanku dikelas al-quran semua. 15 menit berlalu mereka semua sudah selesai, ustadz memanggil salah seorang temanku yang terkenal kejam dan jahat di kelas qur’an, ustadz bilang ketemanku itu” Tut, tolong semak Devita membaca surat yasiin” lalu teman itu datang kepojok dimana aku membawa surat yasiin bertuliskan indonesia, lalu si Tutik datang menghampiriku dengan mata melotot seperti mendapat mangsa, dia bilang kepadaku ”Dev, ayoo baca suratnya!” kataku dalam hati, iqro’ aja baru abata masa disuruh baca yasiin yang tulisannya sudah tersambung dalam satu kalimat jelas aku gak tau bacanya meskipun ada tulisan indonesianya tetep aja tajwid harus benar. Aku diam dan cari strategi supaya surat yasiin bisa terbaca dengan benar plus tajwidnya, 1 menit berlalu aku mencoba baca ayat pertama tulisan yasiin, yes berhasil terlewati karena disitu aku tau tulisan yasiin hanya dibaca panjang saja huruf ya sama sin hehehe. Menginjak surat berikutnya aku gak tau apa bacaanya karena sudah terangkai banyak dan tajwidnya pun enggak tau aku hanya diam saja memandang tulisannya, Tutik mulai gemes dan memainkan sifatnya yang galak dan kejam, dia bilang “ayo Dev baca buruan keburu isya’ sambil melotot matanya”, aku tetap diam dan terus diam karena gak tau cara bacanya. 30 menit berjalan karena aku belum baca ayat kedua maka Tutik geram dan melotot ke aku, karena aku jengkel dengan diriku dan si Tutik maka tanpa disadari aku meneteskan air mata, namun si Tutik tetap saja galak dan jahat mendesak aku suruh baca surat yasiin meskipun aku udah nangis dan tau aku juga gabisa baca al-quran. Sampai adzan isya’ berkumandang aku tetep aja nangis dan distop oleh Tutik untuk solat isya’ dulu, kami semua solat isya’ berjama’ah dan setelah selesai solat isya’ datang lagi tuh si Tutik buat nyemak aku baca surat yasiin, tetep aja aku nangis lagi karena gak bisa baca surat yasiin sampai pukul 20:00 aku tetap gak bisa baca, maka ustadz datang dan bilang kepadaku, “Devita lain kali jangan ribut dimasjid ya terlebih pas adzan berkumandang karena Allah gak suka ketika seseorang ribut dalam rumah-Nya” besok jangan lupa ngaji lagi ya? aku menjawabnya “ iya ustadz sambil tersedu”, lalu ustadz menyuruhku pulang kerumah. Satu tahun telah berjalan aku berhasil menyelesaikan iqro’ 1-6 dan juz ama aku merasa senang dan gembira akhirnya aku bisa masuk kelas al-quran dan belajar al-quran bersama teman yang lainnya. Berjalan tahun berikutnya aku diikutkan wisdua TPA dan bersamaan juga diikutkan lomba MTQ aku senang dan gembira banget saat itu bisa ikut ajang bergengsi anak-anak pintar membaca al-qur’an dan keahlian lainnya. Saat itu aku berhasil lulus wisuda dan dapat juara 3 dalam lomba MTQ bidang nari. Setelah itu kamipun melanjutkan ngaji seperti biasanya aku sudah berada dikelas al-quran dan sudah juz 10 saat itu akan tetapi berita tak enak datang dari ustadz, dia berkata “ Murid-murid, pak ustadz tidak bisa lagi mengajar ngaji mulai besok dikarenakan mau pulang ke palembang, untuk sementara yang kelas al-qur’an diajar mbak Ika sampai dapat ustadz baru karena pak ustadz tidak balik lagi kesini”, aku merasa sedih karena targetku belum terpenuhi yaitu bisa khatam al-qur’an. Hari-hari setelah ustadz tidak ada lagi kami tetep belajar ngaji seperti biasanya dan belajar kitab. 2 bulan setelah itu datang ustadz baru dia menggantikan ustadz sebelumya, dari sini sistem belajarnya masih sama akan tetapi lama-kelamaan muridnya habis dan tinggal aku sendiri, ustadz itu menawarkan kepadaku “Dev, gimana kalo kamu mulai menghafal al-qur’an?” aku kaget dan menjawab” pak saya belum khatam al-qur’an”, lalu ustadz itu berkata ”tidak apa-apa sambil menghafal sambil mengkhatamkan al-qur’annya”, aku hanya mengangguk ringan. Aku mencoba mengikuti kemauan ustadz untuk belajar menghafal al-qur’an dimulai dari juz 30 surat ke-78, hari pertama aku berhasil menghafalkan 5 ayat. Dihari berikutnya hafal 10 ayat tetapi tidak lancar, lalu ustadz berkata kepadaku” Dev, Al-qur’an akan mudah dihafal oleh orang-orang yang hatinya bersih maka kamu bersihkan hatimu dulu agar kamu mudah untuk menghafalkannya”. Aku menjawab” insya Allah ustadz”. Hari-hari berlalu tidak terasa ternyata aku sudah harus berhijrah dari rumah agar bisa mendapat sekolah yang bagus, tepat setelah kelulusan SMP aku bilang sama pak ustadz kalau aku harus hijrah dari rumah untuk mendapat sekolah yang bagus dan jurusan yang bagus, maka ustadz berpesan kepadaku dan berkata” carilah ilmu yang manfaat dan jangan tinggalkan al-qur’an”, saat itu akhirnya aku hijrah dari rumah dan bersekolah di sekolah swasta “SMK BHAKTI INDONESIA MEDIKA PANGKALAN BUN” dengan mengambil konsentrasi Farmasi. Disekolah itu prestasiku cukup baik dan aku dipercaya menjadi ketua OSIS dan sering ikut dalam lomba-lomba tingkat kabupaten dan provinsi alhasil aku mulai meninggalkan hafalanku dan sibuk dengan lomba dan delegasi siswa berprestasi diprovinsiku. Dipenghujung masa sekolahku mendekati perpisahan aku sibuk mencari kampus diprovinsi jawa tepatnya di Yogyakarta karena kampus yang aku inginkan ada di Yogyakarta, alhasil kampus yang aku inginkan tidak aku dapatkan sampai batas pendaftaran habis, akhirnya aku les private selama kurang lebih 3 bulan untuk mengikuti SBMPTN. Waktunya tiba alhasil aku tidak juga masuk PTN yang aku mau, lalu aku move on untuk mencari kampus lain aku temukan kampus yang namanya asing belum pernah aku dengar yaitu Universita Islam Indonesia orang Yogyakarta biasa menyebut UII, aku daftarkan diri dan alhamdullilah diterima yasudah aku ambil saja. Masa ONDI (Orientasi Nilai Dasar Islam) bahasa keren mahasiswa UII menyebutnya, masa dimana kami diajarin membaca al-qur’an dan materi tentang keagamaan dan dipenghujung masa ONDI ada test buat memperoleh nilai ONDI yang wajib diikuti seluruh Mahasiswa UII.
Menjadi salah satu mahasiswa UII cukup merasa bangga karena UII merupakan kampus tertua dan banyak menoreh prestasi ditingkat nasional maupun internasional. Menjalani hari-hari menjadi mahasiswa cukup membosankan karena hanya belajar konsentrasi jurusan oleh karena itu aku mulai mencari-cari organisasi kampus yang aku mau, berjalan kemasjid Ulil Albab tepat sebelum adzan dhuhur berkumandang berhenti di tangga melihat selembaran brosur organisasi aku lihat ada 3 brosur yang terdiri dari, brosur KODISIA (Korps Dakwah Universitas Islam Inonesia), HAWASI (Hafidz Hafidzoh Universitas Islam Indonesia) dan  TMUA (Takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia), dari ketiganya aku baca satu persatu. Brosur pertama yang aku ambil HAWASI karena aku tertarik untuk menghafal al-quran akan tetapi persyaratan untuk masuk menjadi pengurus harus sudah hafal 3 juz al-qur’an maka dengan berat hati aku lepaskan brosur HAWASI dan memilih brosur KODISIA untuk aku daftarkan diri menjadi anggota, akhirnya diterima dan masuk menjadi pengurus KODISIA satu tahun berjalan dikodisia dan menginjak tahun berikutnya aku masih mau mendaftarkan diri di HAWASI karena keinginanku bisa menyelesaikan hafalan akan tetapi karena persyaratan HAWASI belum bisa aku penuhi akhirnya aku tetap melanjutkan di KODISIA. Saat itu seorang teman berkata, bisa saja masuk hawasi tanpa harus jadi pengurus tetapi jadi anggota dan tetep bisa belajar al-qur’an dan menghafal al-qur’an akhirnya aku mendaftarkan diri menjadi anggota HAWASI dan diterima mengikuti TESPEN dan mulai mengatur jadwal buat setor hafalan dan belajar al-qur’an. Perjalanan tidak mulus sesuai yang aku inginkan diwaktu pertama mulai setor hafalan lancar akan tetapi setelah mulai UAS hingga UAS berakhir dan ditambah lagi liburan yang cukup panjang, kemudian aku pulang ke Kalimantan hingga aku kembali lagi ke Yogyakarta dan sudah mulai penelitian, penyakit lama timbul kembali aku mulai meninggalkan hafalan dan tidak lagi setor hafalanku alhasil dapat pesan pengingat dari pengurus HAWASI agar memberitahu jika sudah tidak ingin melanjutkan hafalan, aku tersontak dan saat itu juga menghubungi pihak pengurus dan mualim hafalanku menjelaskan bahwa aku menghilang karena alasan penelitian dan susah mendapatkan waktu yang luang buat setor hafalan karena kuliah dari pagi hingga petang sampai saat ini juga,  akan tetapi aku berusaha untuk bisa mendapatkan waktu buat setor hafalan yaitu pada malam hari dan kesepakatannya H-1 mengabari mualim untuk setor hafalanku karena harinya tidak menentu. Hafalanku sudah berjalan lagi akan tetapi banyak ayat yang kuhafal sudah hilang karena tidak aku murojaah tiap harinya. Alhamdullilah aku bisa melanjutkan hafalanku dan menyetorkan hafalan kepada mualim, berharap semoga kedepan aku bisa mencapai target menjadi seorang Hafizhah.
                                                                        Created by       : Devita w

                                                                        Jurusan            : Ankim 2015

Loading

1 reply

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *